Ketua IK-DMI Lampung Ikut Buka Suara Soal ‘Polisi Cinta Sunnah’

Berita, Lampung178 views

(Madukara.com) Bandar Lampung, Lampung – Penangkapan dua anggota Polda Lampung oleh Densus 88, yang diduga menjadi pemasok amunisi ke terduga terorisme mengindikasikan adanya penyebaran paham radikal di institusi Polri.

Keduanya terindikasi bergabung dengan komunitas ‘Polisi Cinta Sunnah’ yang mengikuti kajian dari ustad-ustad dengan aliran Salafi Wahabi. Belakangan, komunitas itu berganti nama dan logonya menjadi ‘Pembelajar Cinta Sunnah’ dengan dengan pengikut di Instagram mencapai 170 ribu orang.

“Ya kalau bisa kita katakan ya banyak. Saya seringlah ketemu sama polisi-polisi yang ikutan seperti itu. Awalnya mereka ikut tabligh terlebih dahulu, kemudian mereka kurang disitu dan ikut temen-temen Salafi Wahabi. Disitulah sudah mulai pemahamannya itu, tergantung dia mengembangkan diri sendiri,” kata Ketua Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Ikatan Khatib Dewan Masjid Indonesia (IK-DMI) Lampung, Gus Dimyati, saat dihubungi Jumat (18/11/2022).

Gus Dimyati mengungkapkan bahwa dirinya pernah membahas masalah fenomena Polisi Cinta Sunnah pada acara diskusi dengan mengundang Kabagban Ops Densus 88, Polda Lampung dan Ketua MUI.

“Intinya Polisi Sunnah, ada lagi Polisi Masjid, Polisi Cinta Sunnah ini sudah muncul sejak lama. Saya hitung itu sejak 2015 itu yang masifnya,” ungkapnya.

Menurut Gus Dimyati, pemahaman-pemahaman intoleran itu masuk lewat kajian-kajian dan komunitas-komunitas eksklusif. Biasanya bukan hanya di level masyarakat umum, tetapi juga masuk ke institusi TNI/Polri baik di bagian Intelkam, Bhabinkamtibmas dan Babinsa.

“Di TNI/Polri itu sudah masuk. Dan bagaimana kita menemukannya dengan cepat dan mengatasinya. Ini kebijakan pimpinan di masing-masing instansi,” ungkapnya.

Komunitas ini, lanjut Gus Dimyati, sudah masuk ke internal TNI/Polri sejak tahun 2015. Mereka semakin menyebar luas secara masif melalui media sosial.

“Di Lampung dan di Indonesia ini rata-rata tahun 2015. Mereka masif melalui media sosial (medsos). Makin beriringan dengan medsos inilah. Ada media untuk propaganda,” ungkapnya.

Gus Dimyati menceritakan bahwa tahun 2017 lalu ia pergi ke wilayah Manado, Sulawesi Utara, ada anggota TNI yang memanjangkan jenggot dan memakai celana cingkrang. Anggota itu ketemu dengan bertemu dengan Pangdam hingga kemudian untuk mencukur jenggot dan tidak menggunakan celana cingkrang lagi.

“Padahal anggota TNI itu bertugas di bagian penyimpanan senjata. Sangat berbahaya itu. Bisa jadi juga paham-paham itu masuk ke komunitas kecil TNI/Polri yang memang memegang peranan penting baik di bidang pembinaan mental maupun di bidang persenjataan. Ini sangat berbahaya,” paparnya.

Gus Dimyati menjelaskan ‘Polisi Cinta Sunnah’ itu terlebih dahulu bergabung ke kegiatan tabligh. Namun, mereka tidak mendapatkan apa yang dicari dan mencari kajian yang lebih mendalam tentang jihad. Mereka kemudian ikut bergabung pemahaman Salafi Wahabi dengan mengembangkan kepribadiannya sendiri.

“Alurnya itu biasanya sebagian polisi-polisi itu masuk ke dalam tabligh dulu. Mereka lebih senang menimba ilmu agama disana, ternyata ada sesuatu yang mereka inginkan tidak ditemukan di tabligh. Di tabligh kan bawaannya kan slow, maksudnya tidak mengajarkan jihad-jihad istilahnya itu kan. kurang greget lah dan kurang mantap,” imbuhnya.

“Kalau orang-orang tertentukan inginnya yang greget. Mungkin ada peralihan kajian. Kajiannya pindah ke sebelah. Ikut ke kajian temen-temen Salafi Wahabi,” pungkasnya.

Diketahui, dua oknum anggota Brimob Polda Lampung itu yakni Kompol S dan Bripka L . Kedua polisi yang ditangkap itu diduga memasok senjata ke kelompok teroris. Densus 88 disebut mengamankan senjata laras panjang, revolver, tiga magazine SS1, serta 800 butir peluru berukuran 5,56 milimeter dan 9 milimeter.

Keduanya ditangkap Densus 88 Antiteror Mabes Polri diduga sebagai pemasok amunisi senjata api kepada terduga teroris berinisial TI, warga Kota Metro, Provinsi Lampung, yang telah ditangkap di Bengkunat, Kabupaten Pesisir Barat.

Hingga saat ini, pihak Densus 88 Antiteror belum memberikan keterangan resmi terkait penangkapan kedua oknum kepolisian yang diduga jadi pemasok amunisi tersangka teroris di Lampung tersebut. (rgr)

(Visited 38 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed